Benahi Iman Sebelum Datang Ramadhan,
Agar Sah dan Diterima Amal Kita
Oleh: Badrul Tamam
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Dialah yang
memberikan berbagai kenikmatan kepada kita,
yang zahir maupun yang batin. Dia pula yang
memberikan kesempatan dan kesehatan
sehingga kita bisa menegakkan perintah-
perintah-Nya. Semoga Allah menambahkan
kenikmatan-Nya kepada kita dengan
menyampaikan kepada bulan mulia dan penuh
berkah, Bulan suci Ramadhan.
Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada
Nabi kita Muhammad Shallallahu 'Alaihi
Wasallam. Beliaulah Uswah Hasanah bagi umat
manusia dalam ber-Islam. Beliau senantiasa
beribadah kepada Allah dan bertakwa dengan
sesungguhnya hingga maut menjemputnya. Dan
meningkatkan amal ibadahnya berupa shalat,
tilawah, shadaqah, dan berbagai amal kebajikan
di bulan Ramadhan. Semoga shalawat dan
salam juga dilimpahkan kepada keluarga dan
para sahabatnya serta umatnya yang meniti
jalan hidup dan sunnah-sunnahnya.
Ramadhan sebentar lagi mendatangi kita. Tak
kurang dari satu pekan, kita akan mendapat
tamu yang mulia. Dia datang membawa rahmat
dan keberkahan. Maka beruntunglah orang yang
mendapat limpahan rahmat, memanen pahala
yang banyak, dan mendapat hujan ampunan
pada bulan tersebut.
Bulan Ramadhan adalah bulan shiyam, qiyam,
dan tilawatul Qur'an. Ramadhan juga dikenal
sebagai bulan shadaqah, kebajikan, dilipat
gandakan pahala, dikabulkannya doa, bulan
ampunan dan pembebasan dari neraka. Di
bulan tersebut dibukan pintu-pintu surga dan
ditutup pintu-pintu neraka, bahkan syetanpun
dibelenggu. Pada bulan Ramadhan ini, Allah
Yang Maha Pemurah berderma kepada para
hamba-Nya dengan berbagai pemberian yang
banyak dan melebihkannya bagi para wali-Nya
yang giat beribadah kepada-Nya.
Kunci Shiyam dan Qiyam Ramadhan
Berpahala Besar
Kunci didapatkannya pahala besar dan ampunan
saat menjalankan shiyam Ramadhan dan
qiyamnya dijelaskan dalam Shahihain, dari Abu
Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
ْﻦَﻣ َﻡﺎَﺻ َﻥﺎَﻀَﻣَﺭ ﺎًﻧﺎَﻤﻳِﺇ ﺎًﺑﺎَﺴِﺘْﺣﺍَﻭ َﺮِﻔُﻏ ُﻪَﻟ ﺎَﻣ
َﻡَّﺪَﻘَﺗ ْﻦِﻣ ِﻪِﺒْﻧَﺫ ْﻦَﻣَﻭ َﻡﺎَﻗ َﺔَﻠْﻴَﻟ ِﺭْﺪَﻘْﻟﺍ ﺎًﻧﺎَﻤﻳِﺇ
ﺎًﺑﺎَﺴِﺘْﺣﺍَﻭ َﺮِﻔُﻏ ُﻪَﻟ ﺎَﻣ َﻡَّﺪَﻘَﺗ ْﻦِﻣ ِﻪِﺒْﻧَﺫ
"Siapa berpuasa Ramadhan imanan wa
ihtisaban ( dengan keimanan dan mengharap
pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.
Dan siapa shalat pada Lailatul Qadar imanan wa
ihtisaban ( dengan keimanan dan mengharap
pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)
ْﻦَﻣ َﻡﺎَﻗ َﻥﺎَﻀَﻣَﺭ ﺎًﻧﺎَﻤﻳِﺇ ﺎًﺑﺎَﺴِﺘْﺣﺍَﻭ َﺮِﻔُﻏ ُﻪَﻟ ﺎَﻣ
َﻡَّﺪَﻘَﺗ ْﻦِﻣ ِﻪِﺒْﻧَﺫ
"Barangsiapa yang menunaikan shalat malam di
bulan Ramadan imanan wa ihtisaban (dengan
keimanan dan mengharap pahala), diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan
Muslim)
Maksud Imanan wa Ihtisaban
Imanan wa Ihtisaban menjadi syarat seorang
muslim mendapat pahala dan keutamaan-
keutamaan yang dijanjikan, ampunan dosa
dalam menjalankan puasa. Lalu apa maksud
dari dua kata yang menjadi syarat tersebut?
Menurut al-Hafid Ibnul Hajar rahimahullah ,
"Maksud iman di situ adalah keyakinan dengan
kebenaran kewajiban puasa padanya.
Sedangkan ihtisab, meminta pahala dari Allah
Ta'ala." Sementara menurut Imam al-Khathabi
rahimahullah : "Ihtisab maknanya 'azimah, yaitu
dia berpuasa dengan berharap pahalanya
dengan memperhatikan kebaikan bagi dirinya
tanpa memberatkan pada puasanya dan tidak
pula memperpanjang hari-harinya." (Fathul
Baari: 6/138 dari Maktabah Syamilah)
Menurut Imam Nawawi rahimahullah , makna
iman: membenarkan bahwa dia itu benar dan
berharap keutamaannya. Sedangkan makna
Ihtisaban, dia berharap kepada Allah Ta'ala
semata, tidak berharap penilaian orang dan
harapan-harapan lain yang menyalahi ikhlas.
(Syarh Nawawi 'ala Muslim, no. 1266)
Yang pada ringkasnya, bahwa yang
membangkitkan dia untuk menjalankan puasa
dan qiyam Ramadhan adalah keimanannya
kepada Allah, membenarkan janji-janji-Nya dan
berharap pahala dari Allah 'Azza wa Jalla
semata. Dan siapa yang menjalankan puasa
Ramadhan dan qiyamnya sesuai dengan
ketentuannya, dia beriman kepada Allah dan
kepada apa saja yang Allah wajibkan baginya, di
antaranya ibadah puasa; dan berharap pahala
dan ganjaran dari-Nya, maka ia diberi ampunan
atas dosa-dosa yang telah dikerjakannya.
Iman Sebagai Syarat Sah dan Diterimanya
Amal Ibadah
Sebenarnya bukan puasa saja yang akan sah dan
diterima bila didasarkan pada iman. Semua
ibadah juga begitu, tidak sah dan diterima bila
kehilangan iman. Oleh sebab itu, penting sekali
kita menjaga keimanan ini. Jangan sampai ia
rusak dengan kesyirikan dan kekufuran, karena
keduanya akan membatalkan seluruh amal
ketaatan, di antaranya shiyam. Allah Ta'ala
berfirman,
ْﻦَﻣ َﻞِﻤَﻋ ﺎًﺤِﻟﺎَﺻ ْﻦِﻣ ٍﺮَﻛَﺫ ْﻭَﺃ ﻰَﺜْﻧُﺃ َﻮُﻫَﻭ
ٌﻦِﻣْﺆُﻣ ُﻪَّﻨَﻴِﻴْﺤُﻨَﻠَﻓ ًﺓﺎَﻴَﺣ ًﺔَﺒِّﻴَﻃ ْﻢُﻬَّﻨَﻳِﺰْﺠَﻨَﻟَﻭ
ْﻢُﻫَﺮْﺟَﺃ ِﻦَﺴْﺣَﺄِﺑ ﺎَﻣ ﺍﻮُﻧﺎَﻛ َﻥﻮُﻠَﻤْﻌَﻳ
“ Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh,
baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan
Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik
dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan. ” (QS. Al-
Nahl: 97) Iman dan amal shalih dalam ayat
ini, menjadi syarat untuk diterimanya amal
ibadah, yang karena itu akan memperoleh
kehidupan yang baik di dunia dan balasan yang
lebih baik di akhriat, yaitu surga.
Sedangkan dasar bahwa syirik adalah penghapus
seluruh amal, adalah firman Allah Ta'ala:
ْﺪَﻘَﻟَﻭ َﻲِﺣﻭُﺃ َﻚْﻴَﻟِﺇ ﻰَﻟِﺇَﻭ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ْﻦِﻣ َﻚِﻠْﺒَﻗ ْﻦِﺌَﻟ
َﺖْﻛَﺮْﺷَﺃ َّﻦَﻄَﺒْﺤَﻴَﻟ َﻚُﻠَﻤَﻋ َّﻦَﻧﻮُﻜَﺘَﻟَﻭ َﻦِﻣ
َﻦﻳِﺮِﺳﺎَﺨْﻟﺍ ِﻞَﺑ َﻪَّﻠﻟﺍ ْﺪُﺒْﻋﺎَﻓ ْﻦُﻛَﻭ َﻦِﻣ َﻦﻳِﺮِﻛﺎَّﺸﻟﺍ
" Dan sesungguhnya telah diwahyukan
kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang
sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan
(Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan
tentulah kamu termasuk orang-orang yang
merugi. Karena itu, maka hendaklah Allah saja
kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk
orang-orang yang bersyukur". ”(QS. az-Zumar:
65-66)
Allah Ta’ala berfirman tentang para nabi dan
rasul-Nya,
ْﻮَﻟَﻭ ﺍﻮُﻛَﺮْﺷَﺃ َﻂِﺒَﺤَﻟ ْﻢُﻬْﻨَﻋ ﺎَﻣ ﺍﻮُﻧﺎَﻛ َﻥﻮُﻠَﻤْﻌَﻳ
" Seandainya mereka mempersekutukan Allah,
niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang
telah mereka kerjakan. ” (QS. Al-An’am: 88)
Sedangkan amal shalih orang yang tidak
beriman, alias kafir, tidak akan pernah diterima
oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah Ta’ala
berfirman tentang amal baik mereka,
ﺎَﻨْﻣِﺪَﻗَﻭ ﻰَﻟِﺇ ﺎَﻣ ﺍﻮُﻠِﻤَﻋ ْﻦِﻣ ٍﻞَﻤَﻋ ُﻩﺎَﻨْﻠَﻌَﺠَﻓ
ًﺀﺎَﺒَﻫ ﺍًﺭﻮُﺜْﻨَﻣ
“ Dan Kami hadapi segala amal yang mereka
kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan)
debu yang berterbangan. ” (QS. Al-Furqan: 23)
Hakikat Iman
Iman dalam term Ahlus Sunnah wal Jama'ah
adalah pembenaran dengan batin, ikrar dengan
lisan, dan pengamalan dengan anggota badan.
Iman menurut paham yang lurus ini, juga bisa
bertambah dan berkurang. Bertambah dengan
ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.
Jadi perilaku seorang mukmin akan
mempengaruhi imannya.
Pada prinsipnya, iman adalah membenarkan
kabar berita dan tunduk kepada syari'at. Karena
itu, barangsiapa yang dalam hatinya tidak ada
pembenaran dan sikap tunduk, maka bukan
sebagai seorang muslim.
Penyempurna iman yang wajib adalah dengan
melaksanakan perkara-perkara wajib dan
meninggalkan perkara-perkara haram.
Sedangkan penyempurnanya yang bersifat
sunnah adalah dengan melaksanakan amalan-
amalan sunnah dan meninggalkan yang makruh
serta menjaga diri dari yang syubhat.
Orang-orang yang memisahkan amal dalam
hakikat iman dan membatasinya pada
pembenaran saja, mereka itu orang yang batil
(sesat). Sebabnya, karena iman tidak akan
terwujud dengan hanya meyakini kebenaran
ajaran yang disampaikan oleh Nabi shallallahu
'alaihi wasallam saja. Banyak orang yang
memiliki keyakinan seperti ini tapi tidak lantas
menjadi orang beriman. Terwujudnya iman
harus terkumpul dua hal: keyakinan terhadap
kebenaran dan adanya kecintaan dan
ketundukan dalam hati.
. . . iman adalah membenarkan
kabar berita dan tunduk kepada
syari'at.
Karena itu, barangsiapa yang
dalam hatinya tidak ada
pembenaran dan sikap tunduk,
maka bukan sebagai seorang
muslim. . .
Allah Ta'ala berfirman:
ْﻥِﺈَﻓ ْﻢُﺘْﻋَﺯﺎَﻨَﺗ ﻲِﻓ ٍﺀْﻲَﺷ ُﻩﻭُّﺩُﺮَﻓ ﻰَﻟِﺇ ِﻪَّﻠﻟﺍ
ِﻝﻮُﺳَّﺮﻟﺍَﻭ ْﻥِﺇ ْﻢُﺘْﻨُﻛ َﻥﻮُﻨِﻣْﺆُﺗ ِﻪَّﻠﻟﺎِﺑ ِﻡْﻮَﻴْﻟﺍَﻭ
ِﺮِﺧَﺂْﻟﺍ
" Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari akhir. " (QS. Al Nisa': 59)
Ayat tersebut menunjukkan bahwa orang yang
tidak mau mengembalikan urusannya kepada
Allah dan Rasul-Nya tidak termasuk orang yang
beriman kepada Allah dan hari akhir. Di
dalamnya terdapat bukti jelas bahwa iman tidak
terakui hanya dengan membenarkan kabar
berita saja. Iman bukan ucapan semata, tapi
harus disertai dengan ketundukan kepada
syari'at dan mengikuti Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam dan menjalankan ketetapannya.
Allah Ta'ala berfirman
ﺎَﻠَﻓ َﻚِّﺑَﺭَﻭ ﺎَﻟ َﻥﻮُﻨِﻣْﺆُﻳ ﻰَّﺘَﺣ َﻙﻮُﻤِّﻜَﺤُﻳ ﺎَﻤﻴِﻓ
َﺮَﺠَﺷ ْﻢُﻬَﻨْﻴَﺑ َّﻢُﺛ ﺎَﻟ ﺍﻭُﺪِﺠَﻳ ﻲِﻓ ْﻢِﻬِﺴُﻔْﻧَﺃ ﺎًﺟَﺮَﺣ
ﺎَّﻤِﻣ َﺖْﻴَﻀَﻗ ﺍﻮُﻤِّﻠَﺴُﻳَﻭ ﺎًﻤﻴِﻠْﺴَﺗ
" Maka demi Tuhanmu,
Jumat, Juli 20, 2012
Published with Blogger-droid v2.0.4
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar